Sabtu, 15 Desember 2012

FAREWELL Mrs. ''R''

Look what you've done..
Feels like smashed by the sun..
Drag me to the sorrow then run..
You think what we were did for fun..?
Walking around this darkness street..
Can't find the starlight..
I lost my mind and my sight...
Sometimes i don't know what is right.
I wipe your tears in the rain..
But you give poison in my wine..
Surrounded by the fear and the pain..
Get lost and get the fuck out in my mind..

..........?

Kau terlalu pagi
Perlahan pergi
Hancur terbagi
Tak ada lagi

Terasa jenuh
Kuusap peluh
Jiwaku rapuh
Ku anggap keluh

Kucoba bangkit
Walau sedikit
Kudayung rakit
Tetap kurasa sakit

Semuanya lebur
Terlihat kabur
Banyak terhambur
Setiap rasa kucoba kubur

Sabtu, 16 Juni 2012

Essay-Ku


Duniaku Yang Ditelanjangi

Seperti yang kita rasakan saat ini bahwa Bumi kita sudah tidak lagi menjadi tempat yang nyaman untuk kita huni. Panas, pemandangan langit yang tak lagi biru, pohon-pohon beton tinggi menjulang kini menjadi pemandangan bagi sebagian penduduk dunia. “Kemanakah kerajaan liar berwarna hijau itu kini?”.  Pertanyaan tersebut hanya bisa kita jawab ketika kita datang ke tempat rehabilitasi alam dan tempat lain sebagainya. Prajurit-prajurit liarnya hanya menjadi tontonan dan bahan hiburan semata di kebun binatang. Singa dan harimau yang menjadi Raja Hutan dulu, kini hanya menjadi bahan tertawaan di tempat-tempat sirkus. Kita harus mengeluarkan uang untuk bisa melihat hutan yang asri beserta hewan-hewan liarnya sekarang, sungguh Ironis.
Zaman kini semakin maju, teknologi semakin canggih. Kemajuan teknologi dan Industri menjadi sebuah pisau bermata dua. Sifat teknologi yang awalnya konstruktif berubah menjadi destruktif dikala budaya konsumerisme masyarakat dunia telah mendarah daging. Tanpa terasa gaya hidup kita yang menjadi bom waktu di dunia ini. Sadar ataupun tidak sadar, sikap kita dalam mengoptimalkan hasil alam ternyata tidak sebanding dengan proses pemulihannya. Tidak sedikit pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terlalu mengeksploitasi alam secara berlebihan. Akhirnya alam mulai tidak seimbang, hutan-hutan mulai gundul, kemudian menjadi hunian baru dan pabrik pembuatan uang bagi serigala-serigala berakal itu.
Pabrik-pabrik industri dan membludaknya para pengendara bermotor ikut berperan dalam perubahan bumi ini. Udara yang awalnya segar dan menyejukan kini terasa panas. Bahkan AC yang berasal dari alam pun kini telah digantikan oleh mesin-mesin yang kapanpun bisa memberikan hawa segar pada kita. Panas dan gersang mungkin sekarang yang banyak kita rasakan, kita akan lebih mersakan kenyamanan ketika kita berada di ruangan-ruangan ber-AC daripada di luar. Atmosphere yang dulu menjadi baju pelindung bumi kita dari panas, kini telah menipis. Bumi kita telah di telanjangi, mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan yang kita lakukan sekarang terhadap Bumi ini.
Alam yang dulunya bersahabat mungkin saja akan menjadi musuh yang menakutkan ketika kita tidak lagi merawatnya. Kita terlalu banyak meminta ke alam tanpa bisa memberinya sesuatu yang membuatnya nyaman. Banyaknya bencana alam menjadi contoh nyata bahwa alam sudah merasa tak nyaman lagi bersama kita menurut  Ebiet G. Ade dalam salah satu lagunya.

“Mungkin tuhan telah bosan melihat tingkah kita
Yang selalu sombong dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang” 

Anak cucu kita mungkin tak akan melihat dan mendengar lagi adanya harimau yang turun ke desa dan memakan ternak warga. Hanya pelajaran sejarah saja yang mungkin akan memberitahu mereka bahwa hewan itu pernah ada dan pernah hidup di bumi. Pelajaran kimia akan sering mempelajari akan bahaya dari racun-racun yang sudah berbaur dengan udara yang kita hisap dan berusaha mencari solusinya. Mungkin pernyataan ini hanya sebuah asumsi dari saya saja, tetapi tidak menutup kemungkinan akan menjadi kenyataan jika yang terjadi pada saat ini terus berlanjut.
Mitos-mitos masyarakat akan penunggu hutan dan larangan-larangan ketika kita berada di alam sudah tidak di hiraukan lagi. Sudah sedikit orang yang peduli akan alam. Sudah jarang kita temukan tempat yang masih terdengar kicauan burung dan rindangnya pepohonan. Ketika orang-orang hanya mempertuhankan uang semata, akan menjadi apa dunia kita nanti,,?
Sebuah pekerjaan sulit yang harus kita laksanakan bersama. Budaya hedonis membuat kita terlena akan keserakahan dan kepraktisan. Belum terlambat bagi kita untuk memperbaikinya, setidaknya sedikit memperpanjang usia dunia ini yang sudah bugil tanpa ada satupun yang melindunginya.

Kumpulan Puisi-Puisi-Ku

Menanti Cahaya

Gelap berliku jalan hidupku
Kelam pekat hitam bagai malam
Ingin kucari jalan cahyamu
Jalan terang penunjuk malamku

Aku terdiam dikhidmatku
Termenung diri sesalkan hati
Meratap bisu tertegun malu
Aku terdiam bagai batu
Malamkupun tak kunjung habis
Sinar bulan tak cukup buatku
Bintang itu pun tersenyum miris

Aku rindu cahaya fajar
Aku rindu hangat pagi
Semua itu tak jua tiba
Hanya harap d hatiku kini



Tanda tanya
Berjuta kenangan telah terukir indah...
Terukir seperti arca di batu cadas
Seperti rorojonggrang yang ingin seribu candi
Di tiap sudut dan sudut penuh kisah cintanya

Kisah kasih dan kepercayaan
Tergambar indah dalam relief sanubari
Layaknya kisah rama dan shinta
Menjadi sebuah cerita indah dalam cerita ramayana

Untuku dan engkau.....
Sesaat atau selamanya,,,,,?



Sudut Hitam Kota Kebanggaan
Dikota itu........
Seorang laki-laki paruh Baya
Disana dia jongkok menengadah
Berkulit hitam meneduh di emperan toko malioboro
Dengan kain lusuh berhiaskan keringat masam bercampur debu
Matanya menatap binar dengan mangkok plastik ditangannya
Sudut hitam kota kebanggaan kita yang menyedihkan



Tuhan Baru
Tanpamu aku sengsara
Tanpamu aku tak hidup
Hidupku kau yang mengatur
Hidupku kau yang tentukan

Karena kau ada hidupku sengsara
Karena kau nyata hidupku menderita
Deritaku semua karenamu
Karenamu dunia menjadi gila


Mengintip Isu Feminisme Dalam Novel “Jane Eyre” Karya Charlotte Bronte


Menurut saya konsep wanita yang ada pada zaman victorian khusunya pada zaman kehidupannya ini adalah bentuk pengekangan pada wanita., maka tokoh Jane yang ada dalam novel ini menurut saya adalah seperti gambaran seorang wanita yang berjuang untuk mendapatkan penyetaraan dengan laki-laki. Sekarang saya akan menganalisis secara sederhana dimana letak feminisme dalam novel ini yaitu bagaimana perjalanan Jane dalam usaha mendapatkan penyetaraan tersebut. Untuk melakukan hal itu saya akan membagi pembahasannya berdasarkan latar situasi yang berbeda sesuai yang ada dalam cerita di novel ini. Perjalanan Jane yang pertama adalah di Gateshoad yang bisa dianggap sebagai gerbang yang menggambarkan sebuah penindasan terhadap wanita sekaligus pembedaan hak terhadap peempuan dengan laki-laki.
 “you have no money; your father left
you none; you ought to beg, and not to live here with gentlemen’s
children like us, and eat the same meals we do, and
wear clothes at our mama’s expense. Now, I’ll teach you to
rummage my bookshelves: for they ARE mine; all the house
belongs to me, or will do in a few years.” (chapter 1)
Dari kutipan diatas dapat dikatakan bahwa John Reed yang merupakan seorang laki-laki ternyata memiliki derajat yang lebih dibanding perempuan, bahkan dsaudara perempuannya pun Eliza dan Georgiana tidak bisa melarang saudara laki-lakinya tersebut. Itu menggambarkan bahwa laki-laki memang memiliki kekuasaan yang lebih. Selain itu larangan John Reed untuk Jane yang meminjam bukunya pun menurut saya adalah sebuah bentuk yang menggambarkan bahwa memang wanita dikekang untuk mendapatkan pendidikan dan pengetahuan.
Kejadian yang kedua yaitu ketika Jane masuk di Lowood School
“I had the means of
an excellent education placed within my reach; a fondness
for some of my studies, and a desire to excel in all, together
with a great delight in pleasing my teachers, especially such
as I loved, urged me on: I availed myself fully of the advantages
offered me. In time I rose to be the first girl of the first
class; then I was invested with the office of teacher; which
I discharged with zeal for two years” (chapter 10)
Setelah Jane masuk sekolah dan mendapatkan pengetahuan serta keterampilan maka ini bisa sikatakan sebuah langkah yang diambil untuk keluar dari penindasan. Dengan bersekolah bisa menggambarkan bahwa wanita akan memiliki kecerdasan dan kemampuan yang sama dengan laki-laki. Walaupun dalam cerita tersebut di Lowood pun Jane merasa tertindas oleh Mr. Brokleshurs yang merupakan pemimpin dari Lowood School. Namun berdasarkan kutipan diatas Jane mendapatkan kemampuan setelah bersekolah dan kemampuan itu dapat digunakan dalam persaingan dengan laki-laki dalam kehidupan sehari-hari. Maka bila perempuan diberi kebebasan untuk mendapatkan pendidikan maka akan meiliki kemampuan yang sama seperti laki-laki tidak seperti yang terjadi pada zama victorian. Mungkin itu pesan yang tersirat dari cerita ini berdasarkan pada kutipan diatas.

Kejadian ketiga yaitu ketika Jane ada di di Moore House yang menurut saya pada saat itu posisi Jane sudah diakui dan ternyata Jane memiliki kemampuan yang sudah di akui oleh Mr. Rivers hingga Mr. Rivers pun meminta bantuannya. Dalam hal ini menurut saya menunjukan bila perempuat diberi kesempatan untuk berkembang maka hasilnya akan melebihi dari apa yang laki-laki bisa lakukan. Asumsi saya berdasarkan dari perkataan Mr.Rivers pada Jane saat mengajak Jane pergi ke India untuk membantunya mendidik atau melakukan yang berhubungan dengan dunia publik.
Jane, you are docile, diligent, disinterested,
faithful, constant, and courageous; very gentle, and very heroic:
cease to mistrust yourself—I can trust you unreservedly.
As a conductress of Indian schools, and a helper amongst Indian
women, your assistance will be to me invaluable.” (chapter 34)
Pernyataan Mr.Rivers tersebut menurut saya adalah suatu pembuktian bahwa perempuan juga bisa dibutuhkan dalam hal lain selain menjadi Angel of The House, sekaligus ini merupakan kritikan pada zaman Victorian yang kesetaraan itu belum terwujud.

Jadi kesimpulan yang dapat saya ambil berdasarkan anilisis sederhana diatas dengan mengutip beberapa bagian dari novel serta melihat dari sis sejarah dibuatnya novel ini saya dapat mengatakan bahwa sisi feminis dan inti permasalahan yang diperlihatkan oleh Charlotte Bronte adalah berupa kritikan yang ditujukan pada keadaan masyarakat yang ada pada zaman Victorian atau tepatnya pada zaman dirinya hidup. Seperti kita tahu pada zaman itu masih terjadi ketimpangan antara status perempuan dan laki-laki. Namun dalam kenyaataan kehidupannya pun Charlotte Bronte sudah mendobrak kebiasaan itu, seperti digambarkan oleh Jane dalam novel itu yang bersekolah dan menjadi guru ternyata pada kehidupan nyatanya pun Charlotte Bronte telah bersekolah dan menjadi guru. Bila muncul kenapa dalam cerita seorang perempuan yang bernama jane selalu ditindas oleh laki-laki menurut saya itu adalah gambaran bahwa perempuan dikekang pada zaman itu dan berada dibawah laki-laki statusnya. Namun pada akhirnya tetap Jane dapat bertahan dan bahkan bisa menentukan jalan hidupnya sendiri dalam berbagai hal baik itu cinta ataupun yang lainnya. Jadi tetap sisi feminis penulislah yang sangat ditonjolkan dalam novel ini.

Unsur-Unsur Tragedy di Poetic Aristoteles Dalam Novel “The Great Gatsby” Karya F. Scott Fitzgerald

     A.    “The Great Gatsby” Summary

Dalam Novel ini mengisahkan tentang Gatsby seorang yang kaya raya yang masih mencintai mantan pacarnya dahulu ketika dia masih miskin bernama Daisy, dan sekarang Daisy telah menikah dengan seorang lelaki bernama Tom. Seseorang bernama Nick tetangga Gatsby yang menjadi narrator dalam cerita ini menjadi jalan atau perantara untuk mewujudkan keinginan Gatsby untuk bisa bertemu dan dekat dengan Daisy. Itu karena Nick mengenal Daisy dan dekat dengan keluarganya. Dengan bantuan Nick, Gatsby bisa kembali bertemu dengan Daisy dan malah menjadi sangat dekat dengan Daisy.
Suatu saat ketika Tom akan pergi ke suatu tempat untuk berpesta bersama istrinya, Nick dan Gatsby, dia meminjam mobil Gatsby untuk pergi dan sebelumnya dia berkunjung terlebih dahulu ke rumah pasangan suami istri Wilson dan Myrtle. Wilson adalah seorang suami yang sangat mencintai istrinya Myrtle, bahkan cenderung berlebihan hingga membuat Myrtle tidak nyaman. Setelah dari sana mereka melanjutkan ke tempat pesta. Kemudian pada saat pesta, kedekatan antara Gatsby dan Daisy makin terlihat. Tom yang sudah curiga melihat kedekatan mereka bertengkar dengan Daisy dan Gatsby. Kemudian di akhir pertengkaran, Gatsby dan Daisy pulang bersama-sama dengan mobil Gatsby. Daisy yang mengendarai mobil Gatsby saat itu menabrak seorang wanita, dan ternyata wanita itu adalah Myrtle yang juga bertengkar dengan suaminya Wilson dan berlari ke jalan kemudian tertabrak Daisy. Daisy yang panik saat itu langsung kabur namun mobilnya terlihat oleh Wilson dan Michaelis yang ketika itu mengejar Myrtle. Wilson menyadari bahwa mobil itu adalah yang dibawa Tom sebelumnya. Tapi setelah mendengar pejelasan dari Tom dia menyadari bahwa pemilik dari mobil itu adalah Gatsby.

Gatsby yang melindungi Daisy dengan mengaku bahwa dia yang mengendarai mobil itu ketika menabrak Myrtle akhirnya dibunuh oleh Wilson yang merasa dendam, kemudian Wilson pun akhirnya bunuh diri seusai membunuh Gatsby.
Sepeninggalnya Gatsby, Daisy tidak diketahui keberadaannya. Tiada kata bela sungkawa ataupun bunga yang dikirim kerumah Gatsby, Bahkan saat pemakaman Gatsby pun dia tidak datang. Setelah Nick mencari informasi tentangnya ternyata diketahui bahwa Daisy kembali lagi kepada suaminya yakni Tom.
.
      B.     Unsur-Unsur Tragedi di Poetic Aristoteles Yang Ada Dalam Novel Ini

Dalam essay ini saya akan membahas tentang unsur Tragedy dalam poetic Aristoteles yang ada dalam novel “The Graet Gatsby” karya F. Scott Fitzgerald. Tragedy menurut Aristoteles “Tragedy, then, is an imitation of an action that is serious, complete, and of a certain magnitude; in language embellished with each kind of artistic ornament, the several kinds being found in separate parts of the play; in the form of action, not of narrative; with incidents arousing pity and fear”. Dalam tragedy, plot merupakan unsur yang paling penting. Dalam plot sebuah cerita harus mempunyai tiga bagian yakni: awal (pengenalan karakter), tengah (turning action), dan akhir (Resolusi). Seluruh rangkaian cerita dari mulai beginning, middle dan Ending tersebut oleh aristoteles disebut dengan Tragic Flow. Menurut Aristoteles diakhir cerita dalam tragedy itu harus sad Ending. Kenapa elemen dalam Tragic Flow ini harus ada dan menjadi yang terpenting?, karena sebuah karya/cerita harus memberikan rasa “pity & fear” (perasaan kasihan dan takut) pada pembaca setelah membaca karya tersebut, sehingga jika suatu cerita atau karya mempunyai plot yang utuh sampai akhir menurut aristoteles pembaca bisa merasakan suatu perasaan ketika selesai membacanya. Biasanya cerita-cerita yang termasuk pada tragedy di akhir cerita selalu berujung tragis seperti kematian.
Novel “The Great Gatsby” menurut saya bisa masuk kepada category tragedy di atas karena memenuhi syarat tersebut. Plot dalam “The Great Gatsby” juga terdapat 3 bagian tadi.

1.      Tragic Flow
Salah satu syarat suatu karya bisa termasuk dalam Tragedy di dalamnya harus ada yang disebut dengan Tragic Flow. Tragic Flow disini bisa berarti Plot atau alur yang harus di lalui oeh sebuah cerita. Dalam Tragic Flow ini ada beberapa element yang harus dipenuhi yakni:
a.       Beginning
b.      Middle
c.       Endimg

      A.    Beginning
Dalam Beginning biasanya berisi tentang pengenalan karakter yang ada dalam karya tersebut.
Di awal cerita disebutkan bahwa narator yakni Nick menceritakan bahwa dia berpindah ke West Egg. Kemudian dia pergi ke East Egg untuk bertemu dan makan malam bersama Tom temannya sewaktu kuliah beserta Daisy istrinya, dan tahu bahwa dia bertetangga dengan pemilik rumah besar bernama Gatsby, walaupun belum pernah berkenalan secara langsung.

“I lived at West Egg, the - well, the less fashionable of the two, though this is a most superficial tag to express the bizarre and not a little sinister contrast between them. My house was at the very tip of the egg, only fifty yards from the Sound” (Chapter 1 page 5)

Across the courtesy by the white palaces of fashionable East Egg glittered along the water, and the history of the summer really begins on the evening I drove over there to have dinner with the Tom Buchanans. Daisy was my second cousin once removed, and I'd known Tom in college. And just after the war I spent two days with them in Chicago.” (Chapter 1 page 6)

“The one on my right was a colossal affair by any standard - it was a factual imitation of some Hotel de Ville in Normandy, with a tower on one side, spanking new under a thin beard of raw ivy, and a marble swimming pool, and more than forty acres of lawn and garden. It was Gatsby's mansion. Or, rather, as I didn't know Mr. Gatsby, it was a mansion, inhabited by, gentleman of that name”. (Chapter 1 page 5)
    
      B.     Middle
Dalam middle ini terdapat inti atau masalah yang ingin ditampilkan oleh si pengarang, biasanya akan diceritakan terlebih dahulu darimana permasalahan dimulai sehingga akan  mencapai titik klimax.
Di dalam novel bagian middle nya adalah ketika Daisy dan Gatsby kembali meneruskan hubungan mereka yang mana saat itu Daisy sendiri sudah terikat hubungan dengan Tom. Itulah yang menjadi awal kenapa masalah dalam cerita ini terjadi
Hal tersebut terlihat dari kutipan novel tersebut.
'You always look so cool,' she repeated. She had told him that she loved him, and Tom Buchanan saw. He was astounded. His mouth opened a little, and he looked at Gatsby, and then back at Daisy as if he had just recognized her as someone he knew a long time ago”. (Chapter 7 page 75)
            Kutipan diatas adalah pernyataan dari Daisy sendiri yang mengisyaratkan bahwa dia mencintai Gatsby. Kemudian Tom curiga melihat kedekatan mereka hingga Tom dan Gatsby bertengkar hal tersebut terlihat didalam kutipan novel yang menyebutkan.
 “'Wait a minute,' snapped Tom, 'I want to ask Mr. Gatsby one more question.' 'Go on,' Gatsby said politely 'What kind of a row are you trying to cause in my house anyhow?' They were out in the open at last and Gatsby was content. 'He isn't causing a row,' Daisy looked desperately from one to the other. 'You're causing a row. Please have a little self-control.'
'Self-control!' repeated Tom incredulously. 'I suppose the latest thing is to sit back and let Mr Nobody from Nowhere make love to your wife. Well, if that's the idea you can count me out . . . Nowadays people begin by sneerirg at family life and family institutions, and next they'll throw everything overboard and have intermarriage between black and white.'”. (Chapter 7 page 82-83)

Ketika Gatsby dan Daisy pergi dari pesta menggunakan mobil Gatsby setelah bertengkar dengan Tom, mereka menabrak Myrtle istri dari Wilson dan yang mengendarai mobil tersebut adalah Daisy.
“The 'death car'as the newspapers called it, didn't stop; it came out of the gathering darkness, wavered ragically for a moment, and then disappeared around the next bend. Mawomichaelis wasn't even sure of it’s color - he told the first policeman that it was light green. The other car, the one going towards New York, came to rest a hundred yards beyond, and its driver hurried back to where Myrtle Wilson, her life violently extinguished, knelt in the road and mingled her thick dark blood with the dust”. (Chapter 7 Page 88)

Kutipan yang menjelaskan bahwa daisy yang mengendarai mobil dan menabrak Myrtle.
“'Was Daisy driving?' 'Yes,' he said after a moment, 'but of course I'll say I was. You see, when we left New York she was very nervous and she thought it would steady her to drive - and this woman rushed out at us just as we were passing a car coming the other way. It all happened in a minute, but it seemed to me that she wanted to speak to us, thought we were somebody she knew. (Chapter 7 page 92)

      C.    Ending
Ending disini berarti hasil akhir atau kesimpulan yang jelas tentang apa yang terjadi setelah permasalahan inti dalam cerita tersebut.
Ending (resolusi) dalam novel ini yakni ketika Wilson membunuh Gatsby setelah mengetahui bahwa mobil tersebut adalah miliknya karena awalnya dia mengaggap mobil itu adalah milik Tom karena pernah dibawa olehnya ketika sebelumnya dia berkunjung.
Dapat kita lihat kutipan di dalam novel yang berisi penjelasan Tom bahwa bukan dia sebenarnya yang menjadi pemilik mobil yang menabrak Myrtle, karena sebelumnya dia pernah meminjam mobil Gatsby tersebut dan berkunjung kerumah Wilson. Kemudian Gatsby mati dibunuh oleh Wilson yang merasa dendam dan Wilson pun akhirnya bunuh diri.
“Listen,' said Tom, shaking him a little.’I just got here a minute ago, from New York. I was bringing you that coupe we've been talking about. That yellow car I was driving this afternoon wasn't mine – do you hear? I haven't seen it all afternoon.” (Chapter 7 page 90)
Dan ketika Wilson membunuh Gatsby kemudian membunuh dirinya sendiri.
“The chauffeur - he was one of Wolfsheim's protégés - heard the shots - afterwards he could only say that he hadn't thought anything much about them. I drove from the station directly to Gatsby’s house and my rushing anxiously up the front steps was the first thing that alarmed anyone. But they knew then, I firmly believe. With scarcely a word said, four of us, the chauffeur, buder, gardener and I, hurried down to the pool.
There was a faint, barely perceptible movement of the water as the fresh flow from one end urged its way towards the drain at the other. With little ripples that were hardly the shadows of waves, the laden mattress moved irregularly down the pool. A small gust of wind that scarcely corrugated the surface was enough to disturb its accidental course with its accidental burden. The touch of a cluster of leaves revolved it slowly, tracing, like the leg of transit, a thin red circle in the water.
It was after we started with Gatsby towards the house that the gardener saw Wilson's body a little way off in the grass, and the holocaust was complete”. (Chapter 8 page 103)

            Jadi dalam karya ini terdapat ketiga syarat dikatakan sebagai tragedy menurut Aristoteles yang disebut dengan Tragic Flow. Suatu karya tidak bisa dikategorikan sebagai Tragedy jika karya tersebut bersifat Ambigu atau mengambang diakhir tanpa diketahui resolusi yang jelas.

2.      Pity&Fear.
Pity&Fear disini maksudnya efek perasaan yang muncul pada pembaca ketika membaca karya yang termasuk kategori Tragedi menurut Aristoteles.
Dalam karya ini diakhir diceritakan bahwa Gatsby yang merupakan tokoh utama dari cerita ini dikatakan mati. Dia mati dibunuh oleh Wilson karena mengaku yang membawa mobil ketika Myrtle tertabrak adalah dia padahal yang membawa mobil itu sebenarnya adalah Daisy. Namun setelah kematian Gatsby, Daisy malah kembali lagi kepada suaminya Tom. Ini semua cocok dengan perkataan Aristoteles yang mengatakan bahwa yang namanya Tragedy itu berakhir dengan sedih (sad ending).
Kemudian Sebuah tragedy juga menurut aristoteles harus memberikan Pity&Fear kepada si pembaca. Sangat jelas tergambar bahwa dalam cerita ini memang bisa menimbulkan perasaan kasihan dan iba melihat perjuangan Gatsby yang rela berkorban demi cintanya kepada Daisy. Dan hingga akhirnya Gatsby meninggal dibunuh oleh Wilson dikarenakan dia mengaku bahwa dirinya yang menabrak istri Wilson padahal Daisy lah yang sebenarnya menabrak istrinya tersebut.
Dengan demikian novel “The Great Gatsby” karya F. Scott Fitzgerald ini menurut saya bisa termasuk dalam kategori Tragedi yang disebutkan oleh Aristoteles karena memenuhi syarat-syarat yang dia sebutkan.

Unsur-Unsur Postmodern Dalam Novel Timequake Karya Kurt Vonnegut


Timequake merupakan novel karya Kurt Vonnegut yang diterbitkan sekitar tahun 1997. Novel ini termasuk kedalam novel postmodrenism karena terdapat beberapa unsur yang ada di dalamnya. Jika dilihat secara menyeluruh novel ini seperti sebuah perjalanan hidup tentang apa yang pernah ia alami dan ia rasakan. Dalam novel ini bercerita tentang serangan Timequake berupa kejadian yang seolah-olah kembali terulang lagi pada tahun 2001 dimana sebelumnya pernah juga terjadi yakni pada tahun 1991.
Sebagaimana yang saya tahu bahwa dalam karya-karya yang tergolong dalam postmodern tidak terikat dengan aturan-aturan yang ada. Apakah itu dari bentuk, tema, dan bahasa yang digunakan semuanya bebas dan tidak mengikuti aturan-aturan seperti karya-karya terdahulu. Sangat berbeda dengan novel novel yang masuk kedalam kategori Modernism, Realism ataupun Romanticism yang masih terpaku pada aturan-aturan yang harus di hadirkan dalam suatu karya.
Itu semua merupakan suatu bentuk pemberontakan yang dilakukan orang-orang yang termasuk postmodernis terhadap karya-karya yang diciptakan terdahulu. Orang-orang postmodernism menganggap bahwa dalam membuat suatu karya, tidak melulu harus mengikuti aturan. Mereka mencoba mengeksplorasi kembali sebuah bentuk karya yang mungkin sebelumnya belum pernah di ciptakan.
Dalam novel ini terdapat beberapa unsur postmodernism jika dilihat dari berbagai aspek
Diantaranya     :
A.    Plot
Setelah saya membaca novel ini secara keseluruhan, saya merasakan sedikit kebingungan ketika melihat plot yang ada dalam cerita ini. Dalam novel ini tidak terdapat plot yang jelas dikarenakan dalam novel ini hanya menceritakan tentang kejadian-kejadian penting yang pernah ia alami saja, Timequake justru lebih terlihat seperti autobiography daripada sebuah novel.
B.     Tema
Dalam tema pun saya kurang bisa menangkap tentang tema yang ada dalam novel ini. Dalam novel ini membicarakan tentang berbagai hal yang ia alami diantaranya membicakan agama, terlihat didalam kutipan
“Are we enemies of members of organized religions? No. My great war buddy Bernard V. O'Hare, now dead, lost his faith as a Roman Catholic during World War Two. I didn't like that. I thought that was too much to lose.”
            Ada juga yang membicarakan tentang ke ilmuwan terlihat di kutipan
“Founders of the Academy at the turn of the century were contemporaneous with Thomas Alva Edison, inventor of, among other things, sound recordings and motion pictures. Before World War Two, though, these schemes for holding the attention of millions all over the world were only squawking or flickering lampoons of life itself”
            Semua hal yang ia anggap menarik semua dia ceritakan dalam Novel ini. Itu semua memperlihatkan akan ketidak jelasan tema dalam novel ini.
C.    Bahasa yang digumakan
Unsur postmodernism juga terlihat dari bahasa yang digunakan dalam karya ini. Kebanyakan bahasa yang digunakan adalah bahasa-bahasa yang simple dan terkadang menggunakan bahasa yang kasar.
“You want to know why I don't have AIDS, why I'm not HIV-positive like so many otherpeople? I don't fuck around. It's as simple as that.”
“The staff had done the garish artwork. Monica herself had spray-painted "FUCK ART!" in orange and purple across the steel front door.”
            Dalam karya-karya terdahulu jarang sekali kita melihat penggunaan kata-kata yang kasar, sedangkan dalam karya-karya postmodernism penggunaan kata seperti itu akan banyak kita jumpai.