Sabtu, 16 Juni 2012

Unsur-Unsur Postmodern Dalam Novel Timequake Karya Kurt Vonnegut


Timequake merupakan novel karya Kurt Vonnegut yang diterbitkan sekitar tahun 1997. Novel ini termasuk kedalam novel postmodrenism karena terdapat beberapa unsur yang ada di dalamnya. Jika dilihat secara menyeluruh novel ini seperti sebuah perjalanan hidup tentang apa yang pernah ia alami dan ia rasakan. Dalam novel ini bercerita tentang serangan Timequake berupa kejadian yang seolah-olah kembali terulang lagi pada tahun 2001 dimana sebelumnya pernah juga terjadi yakni pada tahun 1991.
Sebagaimana yang saya tahu bahwa dalam karya-karya yang tergolong dalam postmodern tidak terikat dengan aturan-aturan yang ada. Apakah itu dari bentuk, tema, dan bahasa yang digunakan semuanya bebas dan tidak mengikuti aturan-aturan seperti karya-karya terdahulu. Sangat berbeda dengan novel novel yang masuk kedalam kategori Modernism, Realism ataupun Romanticism yang masih terpaku pada aturan-aturan yang harus di hadirkan dalam suatu karya.
Itu semua merupakan suatu bentuk pemberontakan yang dilakukan orang-orang yang termasuk postmodernis terhadap karya-karya yang diciptakan terdahulu. Orang-orang postmodernism menganggap bahwa dalam membuat suatu karya, tidak melulu harus mengikuti aturan. Mereka mencoba mengeksplorasi kembali sebuah bentuk karya yang mungkin sebelumnya belum pernah di ciptakan.
Dalam novel ini terdapat beberapa unsur postmodernism jika dilihat dari berbagai aspek
Diantaranya     :
A.    Plot
Setelah saya membaca novel ini secara keseluruhan, saya merasakan sedikit kebingungan ketika melihat plot yang ada dalam cerita ini. Dalam novel ini tidak terdapat plot yang jelas dikarenakan dalam novel ini hanya menceritakan tentang kejadian-kejadian penting yang pernah ia alami saja, Timequake justru lebih terlihat seperti autobiography daripada sebuah novel.
B.     Tema
Dalam tema pun saya kurang bisa menangkap tentang tema yang ada dalam novel ini. Dalam novel ini membicarakan tentang berbagai hal yang ia alami diantaranya membicakan agama, terlihat didalam kutipan
“Are we enemies of members of organized religions? No. My great war buddy Bernard V. O'Hare, now dead, lost his faith as a Roman Catholic during World War Two. I didn't like that. I thought that was too much to lose.”
            Ada juga yang membicarakan tentang ke ilmuwan terlihat di kutipan
“Founders of the Academy at the turn of the century were contemporaneous with Thomas Alva Edison, inventor of, among other things, sound recordings and motion pictures. Before World War Two, though, these schemes for holding the attention of millions all over the world were only squawking or flickering lampoons of life itself”
            Semua hal yang ia anggap menarik semua dia ceritakan dalam Novel ini. Itu semua memperlihatkan akan ketidak jelasan tema dalam novel ini.
C.    Bahasa yang digumakan
Unsur postmodernism juga terlihat dari bahasa yang digunakan dalam karya ini. Kebanyakan bahasa yang digunakan adalah bahasa-bahasa yang simple dan terkadang menggunakan bahasa yang kasar.
“You want to know why I don't have AIDS, why I'm not HIV-positive like so many otherpeople? I don't fuck around. It's as simple as that.”
“The staff had done the garish artwork. Monica herself had spray-painted "FUCK ART!" in orange and purple across the steel front door.”
            Dalam karya-karya terdahulu jarang sekali kita melihat penggunaan kata-kata yang kasar, sedangkan dalam karya-karya postmodernism penggunaan kata seperti itu akan banyak kita jumpai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar