Look what you've done..
Feels like smashed by the sun..
Drag me to the sorrow then run..
You think what we were did for fun..?
Walking around this darkness street..
Can't find the starlight..
I lost my mind and my sight...
Sometimes i don't know what is right.
I wipe your tears in the rain..
But you give poison in my wine..
Surrounded by the fear and the pain..
Get lost and get the fuck out in my mind..
It's All About Literature
Kumpulan Analisis, Opini dan Segala Sesuatu Tentang Sastra
Sabtu, 15 Desember 2012
..........?
Kau terlalu pagi
Perlahan pergi
Hancur terbagi
Tak ada lagi
Terasa jenuh
Kuusap peluh
Jiwaku rapuh
Ku anggap keluh
Kucoba bangkit
Walau sedikit
Kudayung rakit
Tetap kurasa sakit
Semuanya lebur
Terlihat kabur
Banyak terhambur
Setiap rasa kucoba kubur
Perlahan pergi
Hancur terbagi
Tak ada lagi
Terasa jenuh
Kuusap peluh
Jiwaku rapuh
Ku anggap keluh
Kucoba bangkit
Walau sedikit
Kudayung rakit
Tetap kurasa sakit
Semuanya lebur
Terlihat kabur
Banyak terhambur
Setiap rasa kucoba kubur
Sabtu, 16 Juni 2012
Essay-Ku
Duniaku Yang Ditelanjangi
Seperti yang kita rasakan saat ini
bahwa Bumi kita sudah tidak lagi menjadi tempat yang nyaman untuk kita huni.
Panas, pemandangan langit yang tak lagi biru, pohon-pohon beton tinggi
menjulang kini menjadi pemandangan bagi sebagian penduduk dunia. “Kemanakah
kerajaan liar berwarna hijau itu kini?”.
Pertanyaan tersebut hanya bisa kita jawab ketika kita datang ke tempat
rehabilitasi alam dan tempat lain sebagainya. Prajurit-prajurit liarnya hanya
menjadi tontonan dan bahan hiburan semata di kebun binatang. Singa dan harimau
yang menjadi Raja Hutan dulu, kini hanya menjadi bahan tertawaan di
tempat-tempat sirkus. Kita harus mengeluarkan uang untuk bisa melihat hutan
yang asri beserta hewan-hewan liarnya sekarang, sungguh Ironis.
Zaman kini semakin maju, teknologi
semakin canggih. Kemajuan teknologi dan Industri menjadi sebuah pisau bermata
dua. Sifat teknologi yang awalnya konstruktif berubah menjadi destruktif dikala
budaya konsumerisme masyarakat dunia telah mendarah daging. Tanpa terasa gaya
hidup kita yang menjadi bom waktu di dunia ini. Sadar ataupun tidak sadar,
sikap kita dalam mengoptimalkan hasil alam ternyata tidak sebanding dengan
proses pemulihannya. Tidak sedikit pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
terlalu mengeksploitasi alam secara berlebihan. Akhirnya alam mulai tidak
seimbang, hutan-hutan mulai gundul, kemudian menjadi hunian baru dan pabrik
pembuatan uang bagi serigala-serigala berakal itu.
Pabrik-pabrik industri dan
membludaknya para pengendara bermotor ikut berperan dalam perubahan bumi ini.
Udara yang awalnya segar dan menyejukan kini terasa panas. Bahkan AC yang
berasal dari alam pun kini telah digantikan oleh mesin-mesin yang kapanpun bisa
memberikan hawa segar pada kita. Panas dan gersang mungkin sekarang yang banyak
kita rasakan, kita akan lebih mersakan kenyamanan ketika kita berada di
ruangan-ruangan ber-AC daripada di luar. Atmosphere yang dulu menjadi baju
pelindung bumi kita dari panas, kini telah menipis. Bumi kita telah di
telanjangi, mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan yang
kita lakukan sekarang terhadap Bumi ini.
Alam yang dulunya bersahabat
mungkin saja akan menjadi musuh yang menakutkan ketika kita tidak lagi
merawatnya. Kita terlalu banyak meminta ke alam tanpa bisa memberinya sesuatu
yang membuatnya nyaman. Banyaknya bencana alam menjadi contoh nyata bahwa alam
sudah merasa tak nyaman lagi bersama kita menurut Ebiet G. Ade dalam salah satu lagunya.
“Mungkin
tuhan telah bosan melihat tingkah kita
Yang
selalu sombong dan bangga dengan dosa-dosa
Atau
alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Mari
kita bertanya pada rumput yang bergoyang”
Anak cucu kita mungkin tak akan
melihat dan mendengar lagi adanya harimau yang turun ke desa dan memakan ternak
warga. Hanya pelajaran sejarah saja yang mungkin akan memberitahu mereka bahwa
hewan itu pernah ada dan pernah hidup di bumi. Pelajaran kimia akan sering
mempelajari akan bahaya dari racun-racun yang sudah berbaur dengan udara yang
kita hisap dan berusaha mencari solusinya. Mungkin pernyataan ini hanya sebuah
asumsi dari saya saja, tetapi tidak menutup kemungkinan akan menjadi kenyataan
jika yang terjadi pada saat ini terus berlanjut.
Mitos-mitos masyarakat akan
penunggu hutan dan larangan-larangan ketika kita berada di alam sudah tidak di
hiraukan lagi. Sudah sedikit orang yang peduli akan alam. Sudah jarang kita
temukan tempat yang masih terdengar kicauan burung dan rindangnya pepohonan.
Ketika orang-orang hanya mempertuhankan uang semata, akan menjadi apa dunia
kita nanti,,?
Sebuah pekerjaan sulit yang harus
kita laksanakan bersama. Budaya hedonis membuat kita terlena akan keserakahan
dan kepraktisan. Belum terlambat bagi kita untuk memperbaikinya, setidaknya
sedikit memperpanjang usia dunia ini yang sudah bugil tanpa ada satupun yang
melindunginya.
Kumpulan Puisi-Puisi-Ku
Menanti
Cahaya
Gelap
berliku jalan hidupku
Kelam
pekat hitam bagai malam
Ingin
kucari jalan cahyamu
Jalan
terang penunjuk malamku
Aku
terdiam dikhidmatku
Termenung
diri sesalkan hati
Meratap
bisu tertegun malu
Aku
terdiam bagai batu
Malamkupun
tak kunjung habis
Sinar
bulan tak cukup buatku
Bintang
itu pun tersenyum miris
Aku
rindu cahaya fajar
Aku
rindu hangat pagi
Semua
itu tak jua tiba
Hanya
harap d hatiku kini
Tanda
tanya
Berjuta kenangan telah terukir
indah...
Terukir seperti arca di batu cadas
Seperti rorojonggrang yang ingin
seribu candi
Di tiap sudut dan sudut penuh kisah
cintanya
Kisah
kasih dan kepercayaan
Tergambar
indah dalam relief sanubari
Layaknya
kisah rama dan shinta
Menjadi
sebuah cerita indah dalam cerita ramayana
Untuku
dan engkau.....
Sesaat
atau selamanya,,,,,?
Sudut
Hitam Kota Kebanggaan
Dikota itu........
Seorang laki-laki paruh Baya
Disana dia jongkok menengadah
Berkulit hitam meneduh di emperan toko malioboro
Dengan kain lusuh berhiaskan keringat masam
bercampur debu
Matanya menatap binar dengan mangkok plastik
ditangannya
Sudut hitam kota kebanggaan kita yang menyedihkan
Tuhan
Baru
Tanpamu aku sengsara
Tanpamu aku tak hidup
Hidupku kau yang mengatur
Hidupku kau yang tentukan
Karena kau ada hidupku sengsara
Karena kau nyata hidupku menderita
Deritaku semua karenamu
Karenamu dunia menjadi gila
Mengintip Isu Feminisme Dalam Novel “Jane Eyre” Karya Charlotte Bronte
Menurut saya konsep wanita yang ada pada zaman victorian
khusunya pada zaman kehidupannya ini adalah bentuk pengekangan pada wanita.,
maka tokoh Jane yang ada dalam novel ini menurut saya adalah seperti gambaran
seorang wanita yang berjuang untuk mendapatkan penyetaraan dengan laki-laki.
Sekarang saya akan menganalisis secara sederhana dimana letak feminisme dalam
novel ini yaitu bagaimana perjalanan Jane dalam usaha mendapatkan penyetaraan
tersebut. Untuk melakukan hal itu saya akan membagi pembahasannya berdasarkan
latar situasi yang berbeda sesuai yang ada dalam cerita di novel ini.
Perjalanan Jane yang pertama adalah di Gateshoad yang bisa dianggap sebagai
gerbang yang menggambarkan sebuah penindasan terhadap wanita sekaligus
pembedaan hak terhadap peempuan dengan laki-laki.
“you have no money; your father left
you none; you ought to beg, and not to live here with gentlemen’s
children like us, and eat the same meals we do, and
wear clothes at our mama’s expense. Now, I’ll teach you to
rummage my bookshelves: for they ARE mine; all the house
belongs to me, or will do in a few years.” (chapter 1)
Dari kutipan
diatas dapat dikatakan bahwa John Reed yang merupakan seorang laki-laki
ternyata memiliki derajat yang lebih dibanding perempuan, bahkan dsaudara
perempuannya pun Eliza dan Georgiana tidak bisa melarang saudara laki-lakinya
tersebut. Itu menggambarkan bahwa laki-laki memang memiliki kekuasaan yang
lebih. Selain itu larangan John Reed untuk Jane yang meminjam bukunya pun
menurut saya adalah sebuah bentuk yang menggambarkan bahwa memang wanita
dikekang untuk mendapatkan pendidikan dan pengetahuan.
Kejadian yang kedua yaitu ketika Jane masuk di Lowood School
“I had the means of
an excellent education placed within my
reach; a fondness
for some of my studies, and a desire to
excel in all, together
with a great delight in pleasing my
teachers, especially such
as I loved, urged me on: I availed
myself fully of the advantages
offered me. In time I rose to be the
first girl of the first
class; then I was invested with the
office of teacher; which
I discharged with zeal for two years”
(chapter 10)
Setelah Jane masuk sekolah dan mendapatkan pengetahuan serta
keterampilan maka ini bisa sikatakan sebuah langkah yang diambil untuk keluar
dari penindasan. Dengan bersekolah bisa menggambarkan bahwa wanita akan
memiliki kecerdasan dan kemampuan yang sama dengan laki-laki. Walaupun dalam
cerita tersebut di Lowood pun Jane merasa tertindas oleh Mr. Brokleshurs yang
merupakan pemimpin dari Lowood School. Namun berdasarkan kutipan diatas Jane
mendapatkan kemampuan setelah bersekolah dan kemampuan itu dapat digunakan
dalam persaingan dengan laki-laki dalam kehidupan sehari-hari. Maka bila
perempuan diberi kebebasan untuk mendapatkan pendidikan maka akan meiliki
kemampuan yang sama seperti laki-laki tidak seperti yang terjadi pada zama
victorian. Mungkin itu pesan yang tersirat dari cerita ini berdasarkan pada
kutipan diatas.
Kejadian ketiga yaitu ketika Jane ada di di Moore House yang
menurut saya pada saat itu posisi Jane sudah diakui dan ternyata Jane memiliki
kemampuan yang sudah di akui oleh Mr. Rivers hingga Mr. Rivers pun meminta
bantuannya. Dalam hal ini menurut saya menunjukan bila perempuat diberi
kesempatan untuk berkembang maka hasilnya akan melebihi dari apa yang laki-laki
bisa lakukan. Asumsi saya berdasarkan dari perkataan Mr.Rivers pada Jane saat
mengajak Jane pergi ke India untuk membantunya mendidik atau melakukan yang
berhubungan dengan dunia publik.
“Jane,
you are docile, diligent, disinterested,
faithful, constant, and courageous; very gentle, and
very heroic:
cease to mistrust yourself—I can trust you
unreservedly.
As a conductress of Indian schools, and a helper
amongst Indian
women, your assistance will be to me invaluable.”
(chapter 34)
Pernyataan Mr.Rivers
tersebut menurut saya adalah suatu pembuktian bahwa perempuan juga bisa
dibutuhkan dalam hal lain selain menjadi Angel of The House, sekaligus ini
merupakan kritikan pada zaman Victorian yang kesetaraan itu belum terwujud.
Jadi
kesimpulan yang dapat saya ambil berdasarkan anilisis sederhana diatas dengan
mengutip beberapa bagian dari novel serta melihat dari sis sejarah dibuatnya
novel ini saya dapat mengatakan bahwa sisi feminis dan inti permasalahan yang
diperlihatkan oleh Charlotte Bronte adalah berupa kritikan yang ditujukan pada
keadaan masyarakat yang ada pada zaman Victorian atau tepatnya pada zaman
dirinya hidup. Seperti kita tahu pada zaman itu masih terjadi ketimpangan
antara status perempuan dan laki-laki. Namun dalam kenyaataan kehidupannya pun
Charlotte Bronte sudah mendobrak kebiasaan itu, seperti digambarkan oleh Jane
dalam novel itu yang bersekolah dan menjadi guru ternyata pada kehidupan
nyatanya pun Charlotte Bronte telah bersekolah dan menjadi guru. Bila muncul
kenapa dalam cerita seorang perempuan yang bernama jane selalu ditindas oleh
laki-laki menurut saya itu adalah gambaran bahwa perempuan dikekang pada zaman
itu dan berada dibawah laki-laki statusnya. Namun pada akhirnya tetap Jane
dapat bertahan dan bahkan bisa menentukan jalan hidupnya sendiri dalam berbagai
hal baik itu cinta ataupun yang lainnya. Jadi tetap sisi feminis penulislah
yang sangat ditonjolkan dalam novel ini.
Unsur-Unsur Tragedy di Poetic Aristoteles Dalam Novel “The Great Gatsby” Karya F. Scott Fitzgerald
A.
“The Great Gatsby” Summary
Dalam
Novel ini mengisahkan tentang Gatsby seorang yang kaya raya yang masih
mencintai mantan pacarnya dahulu ketika dia masih miskin bernama Daisy, dan
sekarang Daisy telah menikah dengan seorang lelaki bernama Tom. Seseorang
bernama Nick tetangga Gatsby yang menjadi narrator dalam cerita ini menjadi
jalan atau perantara untuk mewujudkan keinginan Gatsby untuk bisa bertemu dan
dekat dengan Daisy. Itu karena Nick mengenal Daisy dan dekat dengan keluarganya.
Dengan bantuan Nick, Gatsby bisa kembali bertemu dengan Daisy dan malah menjadi
sangat dekat dengan Daisy.
Suatu
saat ketika Tom akan pergi ke suatu tempat untuk berpesta bersama istrinya,
Nick dan Gatsby, dia meminjam mobil Gatsby untuk pergi dan sebelumnya dia
berkunjung terlebih dahulu ke rumah pasangan suami istri Wilson dan Myrtle. Wilson
adalah seorang suami yang sangat mencintai istrinya Myrtle, bahkan cenderung
berlebihan hingga membuat Myrtle tidak nyaman. Setelah dari sana mereka
melanjutkan ke tempat pesta. Kemudian pada saat pesta, kedekatan antara Gatsby
dan Daisy makin terlihat. Tom yang sudah curiga melihat kedekatan mereka bertengkar
dengan Daisy dan Gatsby. Kemudian di akhir pertengkaran, Gatsby dan Daisy
pulang bersama-sama dengan mobil Gatsby. Daisy yang mengendarai mobil Gatsby
saat itu menabrak seorang wanita, dan ternyata wanita itu adalah Myrtle yang
juga bertengkar dengan suaminya Wilson dan berlari ke jalan kemudian tertabrak
Daisy. Daisy yang panik saat itu langsung kabur namun mobilnya terlihat oleh Wilson
dan Michaelis yang ketika itu mengejar Myrtle. Wilson menyadari bahwa mobil itu
adalah yang dibawa Tom sebelumnya. Tapi setelah mendengar pejelasan dari Tom
dia menyadari bahwa pemilik dari mobil itu adalah Gatsby.
Gatsby
yang melindungi Daisy dengan mengaku bahwa dia yang mengendarai mobil itu
ketika menabrak Myrtle akhirnya dibunuh oleh Wilson yang merasa dendam,
kemudian Wilson pun akhirnya bunuh diri seusai membunuh Gatsby.
Sepeninggalnya
Gatsby, Daisy tidak diketahui keberadaannya. Tiada kata bela sungkawa ataupun
bunga yang dikirim kerumah Gatsby, Bahkan saat pemakaman Gatsby pun dia tidak
datang. Setelah Nick mencari informasi tentangnya ternyata diketahui bahwa
Daisy kembali lagi kepada suaminya yakni Tom.
.
B.
Unsur-Unsur Tragedi di Poetic
Aristoteles Yang Ada Dalam Novel Ini
Dalam essay ini saya akan membahas tentang unsur Tragedy
dalam poetic Aristoteles yang ada dalam novel “The Graet Gatsby” karya F. Scott Fitzgerald. Tragedy menurut Aristoteles “Tragedy, then, is an imitation of an action
that is serious, complete, and of a certain magnitude; in language embellished
with each kind of artistic ornament, the several kinds being found in separate
parts of the play; in the form of action, not of narrative; with incidents
arousing pity and fear”. Dalam tragedy, plot merupakan unsur yang paling
penting. Dalam plot sebuah cerita harus mempunyai tiga bagian yakni: awal
(pengenalan karakter), tengah (turning action), dan akhir (Resolusi). Seluruh
rangkaian cerita dari mulai beginning, middle dan Ending tersebut oleh
aristoteles disebut dengan Tragic Flow.
Menurut Aristoteles diakhir cerita dalam tragedy itu harus sad Ending. Kenapa
elemen dalam Tragic Flow ini harus
ada dan menjadi yang terpenting?, karena sebuah karya/cerita harus memberikan
rasa “pity & fear” (perasaan kasihan dan takut) pada pembaca setelah
membaca karya tersebut, sehingga jika suatu cerita atau karya mempunyai plot
yang utuh sampai akhir menurut aristoteles pembaca bisa merasakan suatu
perasaan ketika selesai membacanya. Biasanya cerita-cerita yang termasuk pada
tragedy di akhir cerita selalu berujung tragis seperti kematian.
Novel
“The Great Gatsby” menurut saya bisa masuk kepada category tragedy di atas
karena memenuhi syarat tersebut. Plot dalam “The Great Gatsby” juga terdapat 3
bagian tadi.
1.
Tragic Flow
Salah
satu syarat suatu karya bisa termasuk dalam Tragedy di dalamnya harus ada yang
disebut dengan Tragic Flow. Tragic
Flow disini bisa berarti Plot atau alur yang harus di lalui oeh sebuah cerita.
Dalam Tragic Flow ini ada beberapa element yang harus dipenuhi yakni:
a. Beginning
b. Middle
c. Endimg
A.
Beginning
Dalam
Beginning biasanya berisi tentang pengenalan karakter yang ada dalam karya
tersebut.
Di
awal cerita disebutkan bahwa narator yakni Nick menceritakan bahwa dia berpindah
ke West Egg. Kemudian dia pergi ke East Egg untuk bertemu dan makan malam
bersama Tom temannya sewaktu kuliah beserta Daisy istrinya, dan tahu bahwa dia
bertetangga dengan pemilik rumah besar bernama Gatsby, walaupun belum pernah
berkenalan secara langsung.
“I lived at West Egg,
the - well, the less fashionable of the two, though this is a most superficial
tag to express the bizarre and not a little sinister contrast between them. My
house was at the very tip of the egg, only fifty yards from the Sound” (Chapter 1 page 5)
“Across
the courtesy by the white palaces of fashionable East Egg glittered along the
water, and the history of the summer really begins on the evening I drove over
there to have dinner with the Tom Buchanans. Daisy was my second cousin once
removed, and I'd known Tom in college. And just after the war I spent two days
with them in Chicago.”
(Chapter 1 page 6)
“The one on my right
was a colossal affair by any standard - it was a factual imitation of some
Hotel de Ville in Normandy, with a tower on one side, spanking new under a thin
beard of raw ivy, and a marble swimming pool, and more than forty acres of lawn
and garden. It was Gatsby's mansion. Or, rather, as I didn't know Mr. Gatsby,
it was a mansion, inhabited by, gentleman of that name”. (Chapter
1 page 5)
B.
Middle
Dalam middle ini terdapat inti atau
masalah yang ingin ditampilkan oleh si pengarang, biasanya akan diceritakan
terlebih dahulu darimana permasalahan dimulai sehingga akan mencapai titik klimax.
Di dalam novel bagian middle nya adalah ketika Daisy dan
Gatsby kembali meneruskan hubungan mereka yang mana saat itu Daisy sendiri
sudah terikat hubungan dengan Tom. Itulah yang menjadi awal kenapa masalah
dalam cerita ini terjadi
Hal tersebut terlihat dari kutipan novel tersebut.
“'You
always look so cool,' she repeated. She had told him that she loved him, and
Tom Buchanan saw. He was astounded. His mouth opened a little, and he looked at
Gatsby, and then back at Daisy as if he had just recognized her as someone he
knew a long time ago”. (Chapter 7 page 75)
Kutipan diatas adalah pernyataan
dari Daisy sendiri yang mengisyaratkan bahwa dia mencintai Gatsby. Kemudian Tom curiga melihat
kedekatan mereka hingga Tom dan Gatsby bertengkar hal tersebut terlihat didalam
kutipan novel yang menyebutkan.
“'Wait
a minute,' snapped Tom, 'I want to ask Mr. Gatsby one more question.' 'Go on,'
Gatsby said politely 'What kind of a row are you trying to cause in my house
anyhow?' They were out in the open at last and Gatsby was content. 'He isn't
causing a row,' Daisy looked desperately from one to the other. 'You're causing
a row. Please have a little self-control.'
'Self-control!'
repeated Tom incredulously. 'I suppose the latest thing is to sit back and let
Mr Nobody from Nowhere make love to your wife. Well, if that's the idea you can
count me out . . . Nowadays people begin by sneerirg at family life and family
institutions, and next they'll throw everything overboard and have
intermarriage between black and white.'”. (Chapter
7 page 82-83)
Ketika Gatsby dan Daisy pergi dari pesta
menggunakan mobil Gatsby setelah bertengkar dengan Tom, mereka menabrak Myrtle
istri dari Wilson dan yang mengendarai mobil tersebut adalah Daisy.
“The 'death car'as the
newspapers called it, didn't stop; it came out of the gathering darkness,
wavered ragically for a moment, and then disappeared around the next bend.
Mawomichaelis wasn't even sure of it’s color - he told the first policeman that
it was light green. The other car, the one going towards New York, came to rest
a hundred yards beyond, and its driver hurried back to where Myrtle Wilson, her
life violently extinguished, knelt in the road and mingled her thick dark blood
with the dust”. (Chapter 7 Page 88)
Kutipan
yang menjelaskan bahwa daisy yang mengendarai mobil dan menabrak Myrtle.
“'Was Daisy driving?'
'Yes,' he said after a moment, 'but of course I'll say I was. You see, when we
left New York she was very nervous and she thought it would steady her to drive
- and this woman rushed out at us just as we were passing a car coming the
other way. It all happened in a minute, but it seemed to me that she wanted to
speak to us, thought we were somebody she knew. (Chapter
7 page 92)
C.
Ending
Ending disini berarti hasil akhir atau kesimpulan yang jelas
tentang apa yang terjadi setelah permasalahan inti dalam cerita tersebut.
Ending (resolusi) dalam novel ini yakni ketika Wilson
membunuh Gatsby setelah mengetahui bahwa mobil tersebut adalah miliknya karena
awalnya dia mengaggap mobil itu adalah milik Tom karena pernah dibawa olehnya
ketika sebelumnya dia berkunjung.
Dapat kita lihat kutipan di dalam novel yang berisi penjelasan
Tom bahwa bukan dia sebenarnya yang menjadi pemilik mobil yang menabrak Myrtle,
karena sebelumnya dia pernah meminjam mobil Gatsby tersebut dan berkunjung
kerumah Wilson. Kemudian Gatsby mati dibunuh oleh Wilson yang merasa dendam dan
Wilson pun akhirnya bunuh diri.
“Listen,' said Tom,
shaking him a little.’I just got here a minute ago, from New York. I was
bringing you that coupe we've been talking about. That yellow car I was driving
this afternoon wasn't mine – do you hear? I haven't seen it all afternoon.” (Chapter
7 page 90)
Dan ketika Wilson membunuh Gatsby
kemudian membunuh dirinya sendiri.
“The
chauffeur - he was one of Wolfsheim's protégés - heard the shots - afterwards
he could only say that he hadn't thought anything much about them. I drove from
the station directly to Gatsby’s house and my rushing anxiously up the front
steps was the first thing that alarmed anyone. But they knew then, I firmly
believe. With scarcely a word said, four of us, the chauffeur, buder, gardener
and I, hurried down to the pool.
There was a faint,
barely perceptible movement of the water as the fresh flow from one end urged
its way towards the drain at the other. With little ripples that were hardly
the shadows of waves, the laden mattress moved irregularly down the pool. A
small gust of wind that scarcely corrugated the surface was enough to disturb
its accidental course with its accidental burden. The touch of a cluster of
leaves revolved it slowly, tracing, like the leg of transit, a thin red circle
in the water.
It was after we started
with Gatsby towards the house that the gardener saw Wilson's body a little way
off in the grass, and the holocaust was complete”. (Chapter
8 page 103)
Jadi dalam karya ini terdapat ketiga
syarat dikatakan sebagai tragedy menurut Aristoteles yang disebut dengan Tragic
Flow. Suatu karya tidak bisa dikategorikan sebagai Tragedy jika karya tersebut
bersifat Ambigu atau mengambang diakhir tanpa diketahui resolusi yang jelas.
2.
Pity&Fear.
Pity&Fear disini maksudnya efek
perasaan yang muncul pada pembaca ketika membaca karya yang termasuk kategori
Tragedi menurut Aristoteles.
Dalam karya ini diakhir diceritakan
bahwa Gatsby yang merupakan tokoh utama dari cerita ini dikatakan mati. Dia
mati dibunuh oleh Wilson karena mengaku yang membawa mobil ketika Myrtle
tertabrak adalah dia padahal yang membawa mobil itu sebenarnya adalah Daisy.
Namun setelah kematian Gatsby, Daisy malah kembali lagi kepada suaminya Tom.
Ini semua cocok dengan perkataan Aristoteles yang mengatakan bahwa yang namanya
Tragedy itu berakhir dengan sedih (sad ending).
Kemudian Sebuah tragedy juga menurut
aristoteles harus memberikan Pity&Fear kepada si pembaca. Sangat jelas
tergambar bahwa dalam cerita ini memang bisa menimbulkan perasaan kasihan dan
iba melihat perjuangan Gatsby yang rela berkorban demi cintanya kepada Daisy.
Dan hingga akhirnya Gatsby meninggal dibunuh oleh Wilson dikarenakan dia
mengaku bahwa dirinya yang menabrak istri Wilson padahal Daisy lah yang
sebenarnya menabrak istrinya tersebut.
Dengan demikian
novel “The Great Gatsby” karya F. Scott Fitzgerald ini menurut saya bisa termasuk
dalam kategori Tragedi yang disebutkan oleh Aristoteles karena memenuhi syarat-syarat
yang dia sebutkan.
Unsur-Unsur Postmodern Dalam Novel Timequake Karya Kurt Vonnegut
Timequake
merupakan novel karya Kurt Vonnegut yang diterbitkan sekitar tahun 1997. Novel
ini termasuk kedalam novel postmodrenism karena terdapat beberapa unsur yang
ada di dalamnya. Jika dilihat secara menyeluruh novel ini seperti sebuah
perjalanan hidup tentang apa yang pernah ia alami dan ia rasakan. Dalam novel
ini bercerita tentang serangan Timequake berupa kejadian yang seolah-olah
kembali terulang lagi pada tahun 2001 dimana sebelumnya pernah juga terjadi yakni pada tahun 1991.
Sebagaimana
yang saya tahu bahwa dalam karya-karya yang tergolong dalam postmodern tidak
terikat dengan aturan-aturan yang ada. Apakah itu dari bentuk, tema, dan bahasa
yang digunakan semuanya bebas dan tidak mengikuti aturan-aturan seperti
karya-karya terdahulu. Sangat berbeda dengan novel novel yang masuk kedalam
kategori Modernism, Realism ataupun Romanticism yang masih terpaku pada
aturan-aturan yang harus di hadirkan dalam suatu karya.
Itu semua
merupakan suatu bentuk pemberontakan yang dilakukan orang-orang yang termasuk
postmodernis terhadap karya-karya yang diciptakan terdahulu. Orang-orang
postmodernism menganggap bahwa dalam membuat suatu karya, tidak melulu harus
mengikuti aturan. Mereka mencoba mengeksplorasi kembali sebuah bentuk karya
yang mungkin sebelumnya belum pernah di ciptakan.
Dalam novel
ini terdapat beberapa unsur postmodernism jika dilihat dari berbagai aspek
Diantaranya :
A.
Plot
Setelah saya
membaca novel ini secara keseluruhan, saya merasakan sedikit kebingungan ketika
melihat plot yang ada dalam cerita ini. Dalam novel ini tidak terdapat plot
yang jelas dikarenakan dalam novel ini hanya menceritakan tentang
kejadian-kejadian penting yang pernah ia alami saja, Timequake justru lebih
terlihat seperti autobiography daripada sebuah novel.
B.
Tema
Dalam tema pun
saya kurang bisa menangkap tentang tema yang ada dalam novel ini. Dalam novel
ini membicarakan tentang berbagai hal yang ia alami diantaranya membicakan
agama, terlihat didalam kutipan
“Are we enemies of members of organized religions? No. My
great war buddy Bernard V. O'Hare, now dead, lost his faith as a Roman Catholic
during World War Two. I didn't like that. I thought that was too much to lose.”
Ada juga yang membicarakan tentang
ke ilmuwan terlihat di kutipan
“Founders of the Academy at the turn of the century were
contemporaneous with Thomas Alva Edison, inventor of, among other things, sound
recordings and motion pictures. Before World War Two, though, these schemes for
holding the attention of millions all over the world were only squawking or
flickering lampoons of life itself”
Semua hal yang ia anggap menarik
semua dia ceritakan dalam Novel ini. Itu semua memperlihatkan akan ketidak jelasan
tema dalam novel ini.
C.
Bahasa yang digumakan
Unsur postmodernism
juga terlihat dari bahasa yang digunakan dalam karya ini. Kebanyakan bahasa
yang digunakan adalah bahasa-bahasa yang simple dan terkadang menggunakan
bahasa yang kasar.
“You want to know why I don't have AIDS, why I'm not
HIV-positive like so many otherpeople? I don't fuck around. It's as simple as
that.”
“The staff had done the garish artwork. Monica herself
had spray-painted "FUCK ART!" in orange and purple across the steel
front door.”
Dalam karya-karya terdahulu jarang
sekali kita melihat penggunaan kata-kata yang kasar, sedangkan dalam
karya-karya postmodernism penggunaan kata seperti itu akan banyak kita jumpai.
Langganan:
Postingan (Atom)